SEKOLAH PALING KEREN
Tiga pelajar sedang asyik mengobrol. Mereka memamerkan fasilitas yang ada di sekolahnya masing-masing.
Pelajar 1 Sekolahku adalah sekolah paling keren di kota ini. Ada kolam renang, ada lapangan tennis, ada lapangan bola basket. Nggak rugi deh sekolah di sekolahanku.
Pelajar 2 Sekolahku lebih keren, Bro. Kolam renangnya ada 2, ada lapangan sepakbolanya juga. Kamu pindah ke sekolahku aja deh. Entar kita bisa main bola bareng.
Pelajar 3 Yaaa .. sekolah kalian nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan sekolahku. Di sekolahku ada semua sarana olahraga. Kolam renang, tennis, bulu tangkis, sepak bola, sepak takraw, semua cabang olahraga deh. Kalian berdua pindah saja ke sekolahku.
Pelajar 1 & 2 Memang sekolahmu di mana, Bro?
Pelajar 3 Di belakang Gelora Bung Karno.
Pelajar 1 & 2 Jayus, ah!
JUJUR DAN BENAR
Bu Joko heran melihat anaknya sudah pulang, padahal hari masih pagi.
Bu Joko Nak, kok tumben kamu pulang secepat ini. Ada rapat guru-guru ya?
Joko Tidak Bu. Karena aku tadi aku sudah menjawab pertanyaan Ibu Guru dengan jujur dan benar. Makanya dipulangkan.
Bu Joko Lho, menyawab pertanyaan dengan baik kok malah dipulangkan sih, Nak.
Dodi ¿???##@@
Bu Joko Mermangnya Ibu Guru bertanya apa?
Joko Ibu Guru bertanya, “Siapa yang melempar kapur ke Bu Guru!”
Bu Joko ¡!!!!!!!!!!!!
SUDAH DIGUSUR
Faisal adalah murid yang cerdas, kritis dan bandel. Ketika pelajaran prakarya Pak Guru memberikan triplek lepada semua muridnya untuk diisi dengan karya masing-masing. Faisal menyelesaikannya dengan cepat. Dia menyerahkan tugasnya kepada Pak Guru.
Pak Guru Lho kok kamu sudah menyerahkan pekerjaan. Cepat sekali. Pekerjaan apa, ini?
Faisal Sebuah perkampungan kumuh, Pak.
Pak Guru Mana rumahnya. Kosong begini. Cuma triplek doang.
Faisal Iya, Pak. Tadi pagi saya baca koran katanya perkampungannya kena gusur. Jadi tinggal tanahnya doang.
Pak Guru !!!! .... Kembali ke tempat dan kerjakan lagi!
Faisal Oke, Pak!
MENGHAFAL PANCASILA
Ramot adalah Ketua Kelas kelas 5 di sebuah Sekolah Dasar. Dia sangat percaya diri dan disenangi teman-temannya. Suatu hari di kelasnya ada pelajaran PPKN, semua murid maju ke depan untuk menghafalkan Pancasila.
Pak Guru Bejo, kamu maju ke depan. Sebutkan lima sila dalam Pancasila
Bejo (maju ke depan kelas) Bejo mengucapkan Pancasila dengan gaya kalem. Maklum dia orang Jawa. Jadi pembawakannya tenang. Tepuk tangan dari murid-murid tidak begitu meriah.
Pak Guru Sekarang giliran kamu, Dullah.
Dullah Baik, Pak. (Dullah maju ke depan kelas. Dia mengucapkan Pancasila dengan terbata-bata karena belum hafal benar. Yang tepuk tangan hanya teman sebangkunya saja)
Pak Guru Giliran kamu Ramot. Kamu harus lancar dan benar ya! Jangan mau kalah dengan dua orang temanmu!
Ramot Baik, Pak. (Ramot maju ke depan kelas dengan sangat pede disertai tepuk tangan meriah teman-temannya, terutama cewek-cewek. Dengan lancar Ramot mengucapkan Pancasila dengan suara yang menggelegar. Tepuk tangan makin meriah. Kali ini semua teman satu kelas memberikan dukungan padanya. Namun, karena tepuk tangan begitu gencar, sampai kalimat terakhir di sila ke 3 .. tiba-tiba pikiran Ramot blank. Ramot lupa sila selanjutnya karena larut dalam kegembiraan)
Murid-murid Terus, terus ...
Ramot (masih dengan gaya santai) ... Sila ke ke 4 dan sila ke 5 masih seperti biasa. Tidak ada perubahan. (Lalu dengan santai dia kembali ke bangkunya)
Pak Guru ??????
Murid-murid Huuuuu ..........
CITA-CITA MULIA
Bu Guru sebuah Sekolah Dasar sedang memberikan tugas menggambar kepada murid muridnya tentang cita-cita mereka.
Nanto menggambar sebuah papal layar besar karena dia bercita-cita menjadi pelaut. David menggambar pesawat terbang karena dia ingin jadi pilot. Sudin menggambar keranjang penuh dengan telur karena dia ingin menjadi pedagang telur seperti ayahnya. Novi menggambar suster yang sedang menggendong bayi karena dia ingin menjadi suster seperti suster yang mengasuh adiknya. Sedangkan Sasa mengambar seorang dokter legkap dengan stetoskop di lehernya. Murid paling cantik di kelas ini bercita-cita ingin menjadi dokter seperti ibunya. Ketika tiba saatnya menyerahkan tugas, Bu Guru heran dengan gambar yang dibuat Harry.
Bu Guru Harry, kalau besar nanti kamu ingin jadi apa? Kamu menggambar sepasang pengantin?
Harry Iya, Bu Guru. Cita-cita saya ingin menikah dengan Sasa dan punya anak.
Bu Guru Harry-Harry .. kamu suka nonton sinetron ya?
DIHUKUM KARENA BUANG ANGIN
Malam hari Ucok makan nasi goreng pete dengan pete yang kelewat banyak. Besoknya, ketika di kelas, perut Ucok sakit. Dia sering buang angin yang membuat kelas menjadi sangat tidak nyaman karena baunya memusingkan kepala. Ucok kedapatan sebagai pelakunya. Pak Guru pun memerintahkan Ucok keluar ruangan. Sementara teman-teman sekelasnya sibuk menutupi hidungnya, Ucok dengan santai keluar ruangan sambil tersenyum lepas. Di luar kelas Ucok menghirup udara sebanyak-banyaknya. Saat itu Kepala Sekolah lewat.
Kepala Sekolah Ucok, jam pelajaran kok kamu malah ada di luar.
Ucok Iya, Pak. Pak Guru menyuruh saya keluar.
Kepala Sekolah Tapi kenapa kamu malah tersenyum gembira
Ucok Jelas lah Pak. Saya bebas.
Kepala Sekolah Bebas apa?
Ucok Bebas dari udara bau, Pak. Kelas saya bau karena saya buang angin terus-terusan. Bu Guru menyuruh saya keluar. Saya yang buang angin bisa menghirup udara segar. Sedangkan teman-teman terjebak dengan angin bau dari saya, Pak.
Kepala Sekolah Awas ya. Jangan buang angin di depan saya! (sambil ngeloyor pergi)
SATE GULE KAMBING
Ipin yang terkenal pelit di kampugnya membuka warung sate dan gule Madura.
Suatu hari Ipin dikomplain pembelinya.
Pembeli Pak. Gimana nih. Gule kok dagingnya cuma sedikit. Banyak tulangnya.
Tambah dagingnya dong, Pak.
Ipin Sampeyan nih gimana. Sudah untung dapat dagingnya.
Pembeli Untung gimana. Ini mah bukan gule daging kambing, tapi gule tulang.
Nambah dagingnya lagi.
Ipin Nggak ada lagi, Pak. Dagingnya sudah dibuat sate!
Pembeli Ya sudah. Nggak mau bayar!
POLISI TIDUR
Pak Somad bercita-cita ingin satu-satunya anak laki-lakin, yaitu Sudin, menjadi polisi. Suatu hari
Pak Somad membicarakannya dengan Sudin.
Pak Somad Din, kalau kamu besar nanti Bapak ingin kamu menjadi polisi. Seragamnya keren, Nak.
Sudin Nggak mau jadi polisi, Pak.
Pak Somad Lho, kenapa? Polisi punya tugas mulia melindungi warga yang kesulitan.
Sudin Apaan. Polisi itu malah menyusahkan, Pak.
Pak Somad Menyusahkan gimana.
Sudin Lihat saja. Polisi tidur itu menyusahkan saya naik motor. Tidur saja menyusahkan, apalagi bangun.
Pak Somad Din, Din ... payah kamu!
GOPEK VS TING TONG
Suatu hari seorang Madura belanja kloset di sebuah toko bangunan milik orang Cina.
Somad Kloset ini harganya berapa, Koh?
Penjual Gopek, Cak
Somad (Somad tidak tahu gopek itu berapa. Tapi dia gengsi buat bertanya) Kok mahal amat.
Penjual Gopek sudah murah, Cak. Di toko lain gopek ji go
Somad (Tambah bingung saja. Tapi gengsi buat bertanya. Padahal Somad ingin menawar)
Penjual Jadi beli, Cak?
Somad Ting tong saja ya!
Penjual Apaan ting tong. Nggak ngerti, ah.
Somad Kalo gopek berapa?
Penjual Gopek itu lima ratus. Jadi harganya lima ratus ribu.
Somad Ting tong itu tiga ratus lima puluh.
Penjual Ji go lagi deh?
Somad /?????
DAGING DAN OTAK
Seorang penjual daging sudah biasa memasarkan dagangannya dengan berteriak-teriak. Pagi itu Bu
Ipoh masih tidur karena semalam tidak bisa tidur akibat giginya sakit.
Penjual Daging, dagiiiing .. daging saya empuk .. anak buat rawon, empal .. soto ... dagiiiing dagiiing .....
Bu Ipoh (keluar kamar langsung mencak-mencak) Hey .. Bang Danging. Masih pagi teriak daging, daging. Kamu nih nggak punya otak ya.
Penjual Maaf Bu, otak lagi nggak bawa. Adanya daging. Dagiiing, daging. Daging empuk, daging empuk. Dagiiiing!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar